Berbagai kurikulum sudah pernah diberlakukan dalam pendidikan Indonesia. Namun, perubahan atau perkembangan pendidikan tidak melaju pesat. Hal ini perlu diteliti lebih dalam lagi. Siapakah yang salah? Pemerintah? Mendikbud? Guru? Atau murid?Dalam hal ini, tidak ada yang disalahkan, karena semuanya hanya mengedepankan nilai rapor. Padahal, pendidikan tidak hanya mengejar nilai rapor saja, namun harus merata(akademik dan non-akademik).
Guru juga mempengaruhi akan hal itu, saat ini paling banyak guru yang bersikap terlalu menurunkan mental murid. Contohnya saja masuk kelas tiba-tiba membentak tanpa alasan. Pendidikan harus menyenangkan, agar murid dapat bersemangat dalam belajar.
Lantas, bagaimana cara membenahinya?
Untuk membenahi sistem pendidikan, suara dan aspirasi dari masyarakat yang peduli dengan pendidikan harus didengar serta dipertimbangkan.
Karena, yang mempunyai wewenang mengatur adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Mendikbud). Jika yang menjadi Mendikbud kurang mengerti akan keluh kesah di dunia pendidikan Indonesia, maka tetap saja pendidikan seperti momok yang paling ditakuti.
Mendikbud harus bisa memperhatikan pendidikan sampai ke pucuk Indonesia. Setelah itu, buat sistem pendidikan yang menarik namun berkualitas.
Dinas pendidikan di provinsi tidak bisa gerak cukup banyak, karena kerja mereka mengacu perintah dari pusat.
Saat ini, Mendikbud kita cukuplah muda. Beliau juga sudah berani merubah beberapa sistem pendidikan, yang mungkin bisa membenahi kebocoran di dunia pendidikan.
Apa masalah yang menjadikan pendidikan Indonesia tidak kunjung maju?
Mungkin dibawah ini adalah sedikit contoh masalah di dunia pendidikan Indonesia yang semakin hari semakin tidak etis.
Pertama, pendidikan di Indonesia terlalu monoton, murid seperti terlihat bodoh karena suasana pembelajaran yang tidak efektif.
Kedua, guru kurang bisa merangkul murid dan belum bisa menjadi fasilitator dalam memberikan pembelajaran. Bahkan, masih banyak guru yang masuk ke dalam kelas hanya untuk mengisi daftar hadir atau datang tiba-tiba emosi.
Ketiga, program Full Day School(FDS) tak semuanya berefek baik bagi murid. Murid tidak bisa mengembangkan bakat non-akademik yang dimilikinya, sampai murid akan mudah setres karena otak terlalu dipaksa berfikir terlalu lama.
Kelima, fasilitas kurang memadai juga menjadi masalah dalam dunia pendidikan. Karena, fasilitas adalah penunjang untuk kegiatan belajar mengajar.
Keenam, murid terlalu dibakar ambisinya untuk menjadi juara kelas. Ya, ini tidaklah salah, namun jika terus diracuni hal seperti itu, murid akan kehilangan semangat belajar.